15 Januari 2008

Nyanyian Ibadah Rindu


Berbondong bondong kelalawar
menerobos langit masa kecil
seingatku mereka adalah nyanyian
menjelang malam di saat azan
meliyuk liyuk di hati
menggiring kita menyembahnya

tetapi kini pengeras suara
beradu hingar bingar keramian jalan
beriring iringan kendaraan
melesat di tikungan langit masa tua
seingatku mereka adalah hiruk pikuk
kegelisahan menanti siang
ibadah kehilangan rindu
saat dipersembahkan alam

Yogya, Mei 1998

12 Januari 2008

Renungan Tahun Baru


Umur adalah hidup kita. Bagaimana kita bisa mengingkarinya karena dia melekat dalam tubuh. Orang banyak yang tidak memahami untuk apa dia diberi oleh Allah umur panjang. Karena itu lalu mereka melaluinya dengan biasa biasa saja. Kalau toh ada peringatan ulang tahun, maka itu lebih banyak karena gengsi. Bukan perenungan atau muhasabah. Setali mata uang dengan malam tahun baru yang harus dilalui dengan membuang duit, bahkan mungkin kehormatan atas dalih demi cinta. Tahun baru boleh boleh saja diperingati karena dia bagian dari hidup ini. Tapi bukan kemudian melupakan nilai yang jauh lebih berharga. Umur tidak banyak berarti jika dia sebatas kesempatan. Tapi waktu akan banyak berarti jika kesempatan itu membuat seseorang banyak melakukan amal shaleh atau kebaikan yang bermanfaat. Tahun adalah kelipatan bulan, minggu hari, jam, menit dan detik. Dia akan berulang ulang. Kita hidup senantiasa dikelilingi waktu. Sampai kapan? Hanya Allah yang tahu. Karena kita dikelilingi waktu, maka waktu yang tepat untuk menghentak kesadaran kita adalah detik. Detik inilah yang dapat memutuskan leher kita. Orang Arab bilang, waktu itu bagaikan pedang. Dengan detik kita bisa berbuat yang akhirnya membutuhkan kelipatan waktu selanjutkan. Maka siapa yang dapat bertahan melakukan kebaikan dalam rentang panjang, maka dialah yang beruntung. Maunya sepanjang umur kita berkarya kebaikan. Inilah harga termahal seseorang. 1428 H sudah berlalu, saat ini kita berada di tahun 1429 H. Masa lalu adalah kenangan, maka yang patut dikenang adalah pahala yang menumpuk karena olah tenaga dan pikir dalam amal shaleh. Masa depan adalah kuburan yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Jika perlu hati mantap dengan harapan masuk syurga. Artinya sudah jelas, muslim akan selalu optimis dalam hidup sebab visinya jauh ke depan, yakni menggapai syurga.

03 Januari 2008

Manusia Makhluk Dakwah


Manusia adalah makhluk dakwah, mengingat dia terlahir berkecenderungan mencari kebenaran. Hal ini dapat dibuktikan ketika lingkungannya memberikan batasan batasan nilai; benar dan salah. Benar dan salah ini kemudian menjadi ilmu baginya dalam bersikap. Maka kebenaran yang bagaimana yang harus disebarkan? Kebenaran yang tentunya bersifat universal. Dari mana sumbernya, tentu dari pemilik hidup ini. Dialah Al Hak. Karena manusia adalah ciptaanNya, sudah barang tentu kebenaran yang datang dari Allah tidak terbantahkan, dan manusia adalah pengemban amanah untuk menyebarkan kebenaran itu dalam kehidupan. Realitanya adalah manusia sebagai khalifatullah. Untuk menerapkan konsep ini, maka manusia adalah insan dakwah atau makhluk dakwah. Dia berkewajiban menyebarkan dakwah walau satu ayat. Satu kebenaran yang mampu disampaikan begitu amat berharga, ketika kebenaran itu dibuat samar samar oleh Syaitan dan sekutunya. Diantaranya mampu memilih syurga dari pada neraka, berdamai dengan membuang permusuhan, dan berkata benar.