Umur adalah hidup kita. Bagaimana kita bisa mengingkarinya karena dia melekat dalam tubuh. Orang banyak yang tidak memahami untuk apa dia diberi oleh Allah umur panjang. Karena itu lalu mereka melaluinya dengan biasa biasa saja. Kalau toh ada peringatan ulang tahun, maka itu lebih banyak karena gengsi. Bukan perenungan atau muhasabah. Setali mata uang dengan malam tahun baru yang harus dilalui dengan membuang duit, bahkan mungkin kehormatan atas dalih demi cinta. Tahun baru boleh boleh saja diperingati karena dia bagian dari hidup ini. Tapi bukan kemudian melupakan nilai yang jauh lebih berharga. Umur tidak banyak berarti jika dia sebatas kesempatan. Tapi waktu akan banyak berarti jika kesempatan itu membuat seseorang banyak melakukan amal shaleh atau kebaikan yang bermanfaat. Tahun adalah kelipatan bulan, minggu hari, jam, menit dan detik. Dia akan berulang ulang. Kita hidup senantiasa dikelilingi waktu. Sampai kapan? Hanya Allah yang tahu. Karena kita dikelilingi waktu, maka waktu yang tepat untuk menghentak kesadaran kita adalah detik. Detik inilah yang dapat memutuskan leher kita. Orang Arab bilang, waktu itu bagaikan pedang. Dengan detik kita bisa berbuat yang akhirnya membutuhkan kelipatan waktu selanjutkan. Maka siapa yang dapat bertahan melakukan kebaikan dalam rentang panjang, maka dialah yang beruntung. Maunya sepanjang umur kita berkarya kebaikan. Inilah harga termahal seseorang. 1428 H sudah berlalu, saat ini kita berada di tahun 1429 H. Masa lalu adalah kenangan, maka yang patut dikenang adalah pahala yang menumpuk karena olah tenaga dan pikir dalam amal shaleh. Masa depan adalah kuburan yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Jika perlu hati mantap dengan harapan masuk syurga. Artinya sudah jelas, muslim akan selalu optimis dalam hidup sebab visinya jauh ke depan, yakni menggapai syurga.
12 Januari 2008
Renungan Tahun Baru
Umur adalah hidup kita. Bagaimana kita bisa mengingkarinya karena dia melekat dalam tubuh. Orang banyak yang tidak memahami untuk apa dia diberi oleh Allah umur panjang. Karena itu lalu mereka melaluinya dengan biasa biasa saja. Kalau toh ada peringatan ulang tahun, maka itu lebih banyak karena gengsi. Bukan perenungan atau muhasabah. Setali mata uang dengan malam tahun baru yang harus dilalui dengan membuang duit, bahkan mungkin kehormatan atas dalih demi cinta. Tahun baru boleh boleh saja diperingati karena dia bagian dari hidup ini. Tapi bukan kemudian melupakan nilai yang jauh lebih berharga. Umur tidak banyak berarti jika dia sebatas kesempatan. Tapi waktu akan banyak berarti jika kesempatan itu membuat seseorang banyak melakukan amal shaleh atau kebaikan yang bermanfaat. Tahun adalah kelipatan bulan, minggu hari, jam, menit dan detik. Dia akan berulang ulang. Kita hidup senantiasa dikelilingi waktu. Sampai kapan? Hanya Allah yang tahu. Karena kita dikelilingi waktu, maka waktu yang tepat untuk menghentak kesadaran kita adalah detik. Detik inilah yang dapat memutuskan leher kita. Orang Arab bilang, waktu itu bagaikan pedang. Dengan detik kita bisa berbuat yang akhirnya membutuhkan kelipatan waktu selanjutkan. Maka siapa yang dapat bertahan melakukan kebaikan dalam rentang panjang, maka dialah yang beruntung. Maunya sepanjang umur kita berkarya kebaikan. Inilah harga termahal seseorang. 1428 H sudah berlalu, saat ini kita berada di tahun 1429 H. Masa lalu adalah kenangan, maka yang patut dikenang adalah pahala yang menumpuk karena olah tenaga dan pikir dalam amal shaleh. Masa depan adalah kuburan yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Jika perlu hati mantap dengan harapan masuk syurga. Artinya sudah jelas, muslim akan selalu optimis dalam hidup sebab visinya jauh ke depan, yakni menggapai syurga.
