Puisi
Ahmad Surkati AR
Antara Mawar dan Melati
Mungkin umur itu adalah hidup kita
Yang tumbuh tak pernah terawat
Mengingat tubuh ini tiba tiba membesar
Tidak seperti bunga hiasan halaman rumah
Ada mawar, melati dan kamboja yang mengingatkan
Masa bercinta remaja
Taburan pusaran
Dan tanaman rindang tempat berteduh penziarah
Tiap hari ada saja yang merawatnya
Sewaktu waktu dipungut
Dipersembahkan kepada sang pencinta
Betapa betahnya dia menunggu
Saat kunjungan datang untuk berpisah
Melati yang jatuh
Terserak diantara mawar yang ditangisi
Tanjung, 4 Januari 2008
Puisi Ahmad Surkati AR
Usai Kejadian
Sesudah hujan
jalan raya terbentang di sisi rumahmu itu
Akan mengering dengan sendirinya
Justru inilah yang amat berkesan
mencium bau tanah
sambil menyaksikan gadis lain bergegas pulang
Mungkin tidak satu gadis
Engkaupun bersama lainnya memenuhi jalan itu
Langkah langkah cepat susul menyusul
Menghitung jarak ke pintu rumah
Di dalamnya kau pastikan terhidang aroma kasur
Nikmatnya memanaskan diri dalam selimut
Di luar sana
Ujung matamu melirik ke bingkai jendela
Membuang desahan
lorong hidup lain
jalan berliku yang kadang kering kadang basah
oleh matahari yang berselimut awan
Tanjung, 4 Januari 2008
Puisi Ahmad Surkati AR
Hidup
Di persimpangan jalan yang berdebu
Keraguan menyeruak arah tujuan
Ke mana harus dilanjutkan musafir ini
Sementara telunjukmu sejak lalu terarah ke kiblat
Matahari di atas sana telah lebih dulu sampai
Di ambang bibir laut kita menduga dia beristirahat
Padahal cahayanya selalu saja menemani harapan
Seperti keyakinan esok hidup terurai kembali
Hanya karena buta serupa pekat malam
Matamu kemudian tidak jalang di baliknya
Geliat hidup berwarna warni
Mereka senantiasa bertawaf
Mengelilinginya.
Tanjung, 5 Januari 2008
