08 Oktober 2011
puisi cinta
meramu dirimu bagai bumbu
dimasak takut tak lezat
tapi dari bola matamu
kulihat aneka warna
yang terkuas indah
cukuplah hidangan ini
menikmati subuh bersama
menu yang itu itu saja
tapi dirimu tak pernah habis
menjamuku
Tanjung, 11/10/2011
11 September 2011
Arah
Kiblatku telah kau luruskan
seperti shiratal mustaqim
yang selalu kupanjatkan dalam diri
seringkih bungkuk kemudian ambruk
dalam sejud menjadi tanah.
Aku yang selalu menujumu
selalu saja berhenti
di persimpangan
kecuali garis membujur
bersegi empat ditoreh
menjebakku
dalam tanah kaku
menghimpit.
Tanjung, 10/09/2011
Langganan:
Komentar (Atom)
